Diriwayatkan oleh Sa’id bin Janadah, ia berkata, “Tatkala Rasulullah saw serta para sahabat kembali dari peperangan Hunain, kami singgah di satu padang tandus. ” Lalu Nabi saw berkata, “Kumpulkanlah oleh kalian apa saja. Barangsiapa di antara kalian mendapatkan sesuatu, bawalah kemari. Barangsiapa menemukan tulang atau gigi, bawalah kemari.”
Said
melanjutkan, “Dalam watu sekejap kami telah berhasil mengumpulkan
setumpukan besar benda-benda. Lantas Nabi saw bersabda, “Tidaklah kalian
lihat benda-benda ini? Begitu juga halnya dosa-dosa yang berkumpul pada
salah seorang kalian. Seperti apa yang telah kalian kumpulkan ini.
Karena itu, hendaklah orang takut kepada Allah, janganlah ia berbuat
dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar, karena semuanya akan dihitung!”
Apa
pelajaran yang bisa dipetik dari hadits di atas? Antara lain, setiap
kita harus mempertimbangkan lebih dulu baik buruk segala perbuatan yang
akan dilakukan. Boleh jadi, karena kurang menaruh perhatian pada
perbuatan yang dipandang kecil, namun adakalanya hal kecil itu dapat
mengakibatkan keburukan yang besar.
Sebagaimana
timbunan hal-hal kecil itu dapat mengancam kehidupan manusia, begitu
juga membesar-besarkan yang kecil, juga sangat merugikan.
Allah akan mengampuni dosa-dosa kecil bagi orang mukmin yang selalu berupaya menghiasi amalnya
dengan kesempurnaan sesuai kemampuan. Dia berfirman, “Jika kamu
menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya kami menghapus kesalahan-kesalahanmu
(dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkankamu ke tempat yang mulia
(surga).” (QS. An-Nisa : 31)
Alangkah
baiknya bila kita menerapkan kaidah penuh toleransi ini dalam pergaulan
kita antar sesama. Tidak mengecilkan sesuatu yang mungkin menjadi
besar, dan tidak membesarkan sesuatu yang mungkin sebenarnya kecil.
Singkatnya, bersikap objektif dan proporsional.
Jika
ada seorang suami merasa dongkol karena kekasaran istrinya, hendaklah
diingatnya bahwa isterinya itu pun memiliki banyak sikap yang benar.
Atau, jika seorang suami sedih melihat salah satu tingkah isterinya,
hendaklah dilihatnya dari sisi lain bahwa isterinya itu juga
menyenangkannya.
Dalam
kaitan ini Rasululllah saw bersabda, “Janganlah seorang suami mu’min
membenci isterinya yang mu’minah. Jika ia tidak menyukai salah satu
sifat isterinya itu, tentu ada satu sifat lainnya yang akan
menyenangkannya.”
Benarlah
apa yang pernah ditegaskan oleh Muhammad al-Ghazali, “Jangan Anda
biarkan masalah-masalah kecil menguasai perasaan Anda”. Seperti juga
penelitian yang dilakukan oleh Joseph Sabeth, seorang hakim di Chicago
yang pernah menjadi penasehat perkawinan dan berhasil menolong 40.000
pasangan yang tidak berbahagia. Ia mengatakan, “Sebagian besar
ketidakbahagiaan dalam perkawinan disebabkan oleh hal-hal sepele!
Begitulah.
Kalau kita perhatikan, salah tanggap, perasaan sensitif yang mudah
tersinggung, terpancing emosi menghadapi suatu penghinaan dan perasaan
semacamnya dapat menjadikan hal kecil menjadi besar. Dampaknya bisa
sampai bentrok fisik hingga pertumpahan darah sampai pada kematian!
Apa jalan keluarnya?
Bersihkan
lensa pikiran Anda sehingga Anda dapat menangkap gambar yang besar dari
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Kemudian tentukan gambar ini
dalam zona pandangan yang lapang. Pandangan yang meletakkan kelebihan
dan kekurangan pada kedudukan yang sama. Jangan melupakan kebaikan jika dilanda keburukan. Dengan cara inilah, ketidakbahagiaan yang diderita dalam jiwa akan sirna.
Sumber: http://zensudarno.wordpress.com/category/hikmah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar